Widget HTML #1

Penandatanganan MoU berlangsung di ruangan LPPM UNKA Sintang, Selasa 14 Desember 2021


Sintang - Lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (LPPM) Universitas Kapuas (UNKA) Kabupaten Sintang melakukan penandatanganan MoU dengan asosiasi petani karet Indonesia di Kalimantan Barat.

Kepala LPPM UNKA Sintang Dr. Pether Sobian, S.T.h., M.Th. mengatakan tujuan dari MoU ini adalah untuk meningkatkan kinerja lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam melakukan tugas lembaga yang mengemban dua dari tiga Tridharma perguruan tinggi yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian.

“MoU ini nantinya akan dituangkan didalam perjanjian kerja sama antara LPPM UNKA dan APKARINDO, apa yang bisa kita kerjakan nanti akan kita sepakati bersama untuk tujuan bersama dan demi pelayanan maksimal kepada masyarakat,” ujarnya.


Masih dinyatakan oleh Kepala LPPM UNKA, Dr. Pether Sobian, S.Th., M.Th., bahwa sesuai dengan apa yang telah disepakati dalam nota kesepahaman atau MoU tersebut bahwa masa berlakunya.MoU ini selama lima tahun sejak tanggal ditandatangani. “Kalau nanti kemudian setelah lima tahun kita ingin melanjutkan MoU ini, kita bisa membuat kesepakatan baru atau membuat nota kesepahaman baru,” tambahnya.


Ditambahkan oleh Kepala Bidang Penelitian LPPM UNKA Drs. Gunawan, M.Si mengatakan, selama ini yang berhubungan dengan permasalahan karet adalah teknologi dan juga permasalahan harga karet.


“Permasalahan karet ini tidak hanya satu macam, misalnya permasalahan harga turun mungkin itu berhubungan dengan pemasaran dan sebagainya. Sebagai contoh mungkin pemasaran kita ini berhubungan dengan kualitas setelah kualitas larinya ke teknis di sini kita ada mahasiswa pertaniannya, mereka mungkin akan melihat bagaimana cara meningkatkan mutu karet kita supaya bisa bersaing di luar,” ujar Gunawan.

Lanjut Gunawan setelah MoU nanti akan dibuat MoA, “Kalau MoU ini tingkatnya di Universitas sedangkan MoA di LPPM dari LPPM nanti akan diturunkn ke Prodi-prodi,” tambahnya.

Agar terjadi sinergi dan menjadi potensi yang luar biasa bisa memecahkan masalah. Ia menekan untuk memecah suatu permasalahan harus menggunakan multidisiplin. “Contohnya permasalahan karet tadikan di pemasran nah pemasaran ada orang Adminitrasi Bisnis yang bisa membantu. Kemudian juga nanti mungkin masalah teknis ada orang pertanian dan kehutanan yang bisa membantu, untuk kebijakan kita ada adminitrasi publik, untuk hukum juga ada fakultas hukum,” tambah dia lagi.

Selain itu yang terpenting adalah manajemen, “Misalnya ada karet sepuluh hektare tida bisa ditoreh itu manajemen yang mengatur, bagaimana itu bisa tetap dimanfaatkan,” tutupnya.

Di tempat yang sama Ketua AKAPRINDO Kalimantan Barat Rinjani Mustapa menagatakan bahwa tanaman karet ini sudah dikenal oleh masyarakat di Kabupaten Sintang, umumnya di Kalimantan Barat sejak tahun 1937. Namun pada akhir-akhir ini kata Rinjani, sejak tahun 2013 minat masyarakat tentang tanaman karet mulai menurun, dikarenakan adanya sawit dan juga harga karet mengalami penurunan.

Menurutnya yang perlu diberikan pengertian dan meyakinkan kepada masyrakat adalah diberikan pemahaman kepada generasi muda. “Memang kalau kita melihat bahwa untuk mempelajari ilmu terkait sutu kumuditi tidak bisa hanya berdasarkan teori namun juga harus melalui peraktek. Kebetulan saya ini dekat dengan kawan-kawan kita di UNKA seperti pak Pether kemudian pak Gunawan dan juga Rektornya,” ungkap Rinjani.

Lanjut dia dari situlah terpetik keinginan dari kedua belah pihak ini, untuk melakukan kerja sama MoU dalam rangka untuk mengembangkan tanaman karet di Kabupaten Sintang umumnya di Kalimantan Barat.

“Lalu nanti yang akan saya titik beratkan kepada kerja sama ini nanti adalah mendidik para mahsiswa yang jurusannya di pertanian untuk meperaktek bagaimana caranya memproses membuat bibit, menanam karet kemudian mana yang unggul jenis atau klon apa yang kita gunakan, itu semuanya nanti kita ajarkan kepada mahasiswa di lapangan,” tambah Rinjani.

Dikatakan Rinjani di Kalimantan Barat ini ada enam ratus ribu hektare angkanya, yang harus direflanting sebanyak enam belas persen dari bibit yang diperlukan sekian tahun kedepan dimulai dari saat ini. (Andi)